AIR MATA YANG JATUH
Pernahkah kamu melihat air mata yang
jatuh?, jatuh seperti embun pagi yang selalu menghiasi hari-harimu. Jatuh di salah satu pipi yang indah, jatuh di
lembah yang seharusnya tak boleh ada air yang membasahinya walaupun itu hanya
setetes air mata. Karna jika lembah itu terkena air maka bentuk lembah akan
setengah rusak dan dasar lembah akan hitam legam seperti makanan yang sedang di
masak ditinggal oleh yang masak. Air
mata yang tak pernah seharusnya di keluarkan, air mata yang tak semestinya
keluar dari bola mata yang berwarna coklat seperti coklat yang selalu membuat
hatiku tak pernah gundah, yang selalu membuat hatiku sejuk setiap ada
didekatnya , tenang ketika menatapnya. Air mata inipun tak hanya bisa merusak
bagian dasar lembah bahkan bisa membuat kecantikannya menghilang selamnya. Bahkan
kelopak yang setiap harinya berkedip, kini ia mersa jijik dengan adanya air
mata yang jatuh tak henti-hentinya Tapi tahukah kalian walaupun bola mata itu
akan rusak namun bola mata itu tidak akan menampakanya, ia akan menunjukan
kesegaraan dalam setiap kedipan kelopak mata.
Itulah yang aku rasakan dan lihat
dengan bola mata coklat dan pupil yang tak kuasa untuk memfokuskan pandangan
kedepan karena kelopakku berusaha untuk menutup. Tak kuasa melihat semua
kejadian ini dan bola mata ini warisan terindah dari yang ia warisakan kepada
kami.
Ini terjadi ketiak saat itu aku duduk
di bangku sekolah menengah atas dan aku pergi menjauh untuk mendapatkan kata ”orang rantauan” . Aku pergi diwali dengan
pertengkaran kecil dengan sang kepala(mungkin bisa dibilang jendral kami atau
juga panuatan kami tapi terkadang bisa menjadi hiburan bagi kami ).
“Aku gak
mau pergi sekarang kenapa sih ngaret dikit boleh kan?”
“Sayang
kamu kan baru, masa sih langsung buat masalah
kayak gitu?”
“Tapi
kenapa harus aku yang dapat ini semua? Coba lihat yang lain saja masih bisa
bermanaja denagn mu tapi kenapa aku harus kau kirim kesana?”
“Ini kan
pilihan mu sayang kenapa kau jadi tak bersemangat seperti ini? (kepala) yakin
kamu akan lebih b erhasil dari pada yang lain yang masih bermajana denganku “
“ Nanti
malam aku tak mau memasukan baju kekoper !”
“
Biarlah (kepala) biar aku yang akan menasiahtinya jadi kau tenang saja oke.”
Bola mata coklat sudah angkat bicara.
Maka aku pun tak bisa membuat bola
mata coklat mengeluarkan airmatanya aku pun pergi dengan hati yang tak kuasa ingin tetap bersama kepala dan
bola mata. Karena rasa rindu ku masih ada diragaku ini, belum sempat aku
curahkan apalagi aku keluarkan semuannya.
Disepanjang perjalanan bola mata
selalu menghiburku habis-habisan. Namun aku tetap tak bisa memberikan senyuman
terindah yang kumiliki .
Selama hampir 5 bulan aku menjalani
kehidupanku dengan sangatlah terpaksa, aku tak pernah terlihat bahagia, senang
atau bisa tersenyum dengan lega. Bahkan selama 5 bulan ini aku tak pernah
berusaha untuk mendapatkan yang terbaik di sini. Aku selalu menunggu akan
adanya keajaiban untuk aku pergi kembali kepangkuan kepala dan bola mata. Dan
keajaiban yang besar itu ada ia menjumpaiku kawan, ia menyambangiku
sahabat, ia berusaha meraihku teman, dan
menolong aku di atas keterpurukan ini.
Aku di izinkan pergi kembali
kepangkuan kepala dan bola mata tepat disaat hari dimana aku terlahir pertama
di dunia. Tak lupa akupun mencoba menyambangi tempat peraduan nasib ku 3 tahun
yang lalu, aku berusaha mencoba mengingat memory yang indah yang aku torehkan
di tempat ini. Aku mengelilingi setiap sudutnya, beramah tamah dengan dakocan
kecil ku di sana. Dakocan kecilku sudah tumbuh dewasa karena ia sudah menjadi
bagian dari dewasa. Hanya semalam aku bisa menumpahkan semua rasa rinduku namun
itu semua tak cukup bagiku. Entah kapan lagi aku bisa memberikan rasa cinta ku,
kasih sayang ku kepadanya.
Akupun kembali mengarungi, bertarung
dengan lautan manusia yang akan berjuang untuk menuju kota tercintaku yang
sudah menjadi jantung hatiku ,karena di sanalah kepala ,bola mata,aku dan adik
kecilku tinggal. Di sanalah aku mencorehkan masa kecil yang indah, masa yang di
mana aku selalu menjadi primadona dikeluarga kecilku,menjadi seorang putri yang
cantik, pintar, dan lincah. Menerima kenyataan kalau aku harus mempunyai adik
kecil laki-laki dengan sepenuh hati.
“Aku
pulang,,,,,,,!!!!!”
“Waalikumsalam
bidadari kecil ku ,,,,, selamat datang di istana kecil ku,,,.” Sambut bola mata
dengan sangat bergembira sambil ia memeluk, menciumku, membelaiku dengan sangat
erat penuh dengankasih sayang, cinta yang tak pernah habis kau berikan pada
bidadari keci, dan jagoan kecilnya itu.
“(bola
mata) Cintaku takkan pernah hilang selamanya untukmu, bahkan akupun tak bisa
berbagi sedikitpun pada orang di luar sana.”
“Cintaku
pada kalian semua takakn pernah habis bidadari kecilku.”
Betapa senangnya hari ini aku dapat
mengijakkan kakiku di istana kecilku yang mungkin bagi orang itu jauh dari kata
layak apalagi di sebut istana?. Namun aku tau ini semua hasil jerih payah
kepala, dan rawatan bola mata, kesabaraan bola mata dalam menjaga harta milik
kepala. Aku akan selalu menyebutnya istana indah yang menjadi saksi bisu
kepala, bola mata, bidadari kecil, jagoan kecil bertarung untuk menjadi manusia
yang hebat ditengah-tengah lautan manusia di kota kecil itu.
Tepat esok hari adalah hari
terlahirnya aku, tapi apa bola mata,kepala dan jagoan mau mengingatnya?.
Huh,,,sedihnya esok jika tak menjadi hari yang membuatku merasa bahagia, karena
bola mata telah melahirkanku dengan taruhan nyawanya. Huh mengapa dia begitu
rela demi aku ia merelakan nyawanya menjadi taruhan yang tak mudah bisa
dilakukan oleh orang banyak.
Sekarang
waktunya aku kembali membelai tempat perapianku rasanya seperti sudah
bertahun-tahunku aku tak membelainya . keadaanya masih seperti yang dulu tak
pernah berubah. Masih setianya ia menemaniku saat tidur, baik siang ataupun
malam.
“Bidadari
kecilku bangunlah sayang matahari sudah memunculkan cahanya,,,,”
“Masa
sih inikan masih pagi….”
“Yah
bangunlah dulu bicaralah dulu dengan allah,,nanti kau terlambat menghadapnya.”
“Hhmmmm,,,oke
trimaksaih (bola mata).” Aku pun memberikan kecupan pertamaku dipagi hari ku
yang pertama di istana ini.
Hari ini tanggal berapa ya? Ooh ya ini
hari aku dilahirkan bola mata, apa benar bola mata lupa dengn hari ini? Itu
tidak mungkin, mungkin ia masih sibuk dengan kesibukannya.
“Kau
baru menghadap allah ?”
“Ooh iya
(kepala) maaf tadi malam aku terlalu nyenyak hingga akhirnya aku sedikit
terlambat untuk menghadapnya”. Kepala sangatlah menjaga waktunya agar selalu
tepat untuk menghadap allah, bahkan bisa dibilang ia tak pernah telat kecuali
karena ada yang sangatl penting.
“Jangan
kau ulangi lagi itu, perbutan yang tak
pantas kita lakukan,allah saja tak pernah melupakan kita apalagi telat sedetik
saja.”
Aku hanya tersenyum tersipu malu karna
(kepala) berkata padaku begitu jelasnya bahwa allah takkn pernah melupakn kita
walau sedetik saja, huh begitu cintanya besar sekali untuk kita semua. Padahal
makhluknya sangatlah banyak tak hanya kita tapi masih banyak yang lain.
Tak
ada kado indah, besar, cantik juga kue cantik nan lezat di atas meja atupun di
istana kecilku. Ya (bola mata) memang tak pernah menyediakan itu semua untuk
kami. Karena (kepala) sangatlah tak menyukai itu semua, buat dia hari lahir
bukan untuk dirayakan tapi untuk direnungkan.
Sore harinya saat setelah aku keluar
kamar mandi bola mata dan kepala sudah bersiap-siap pergi.
“(bola
mata,kepala) kalian mau kemana mengapa begitu rapi?”
“Kita
mau beli baso kamu mau pa?”
“ Ya ku
mau seperti biasa ya (bola mata) ..”Ternyata mereka ingin pergi membeli makanan
sore untuk kami semua.
Tak lama kemudian mereka datng dengan
membawa banyak sekali kantong hitam yang banyak dan aku yakin pasti berat
sekali.
Bola matapun menyiapakn makananya
dibeberapa piringnya, tak lupa akupun ikut membantunya. Dan bola mata
menyuruhku untuk membawa ini semua kebalkon atas . Aku sangatlah heran kenapa
kita makan di balkon atas kenapa tidak di ruang makan. Tak ada yang bisa ku
tanyakan karena terlihat jelas sekali kalau bola mata sangatlah repot.
“Ayo
sebelum makan kita berdoa dulu untuk bidadari kecil kita yang sedang berulang
tahun yang ke 15 hari ini. Semoga diumurnya yang sekarang ia bisa berhasil
dunia akhirat, suksess sekolahnya, bisa menjadi kebanggan kami semua. Semua
bilang amiin”
“Aminn,,”
serentak kita semua berkata amiin.
Tak menyangka aku di sana begitu
tercengang dengan apa yang kepala katakan, ternyata mereka tak lupa dan mereka
menyiapakn segalanya dengan sangat indah . Tak pernah kita makan bersama selain
di tempat makan. Tapi kali ini bola mata merancang ini semua dengan sangat
indah dan penuh dengan rahasia.
“Terimaksih
semua semoga apa yang kalian inginkan dariku bisa aku wujudkankan atas izin
allah.”
Hatiku sangatlah berbunga-bunga bagai
ada di taman istana yang sangtlah indah, megah, dan juga di penuhi bunga
bermacam-macam.
“ (bola
mata) Terimaksih yah.” Akupun mengecup pipinya yang halus itu. Dan ia tersenyum
sangat cantik .
Aku baru teringat bahwa esok aku harus
kembali ke tempat terburuk itu lagi. Mengapa di saat aku sangatl bahagia di
tengah keluarga kecilku namun aku harus mengingat itu semua. Ingin rasnaya aku
meneteskan air mata namuna tak kuasa , aku tau itu hanya akan menyakiti boal
mata yang sangat ingin aku bersekolah tak seperti dia yang hanya sekoalh hingga
SMP saja.
Esok harinya pagi yang tak ingin aku
sambangipun datang dengan cerah sekali seakan mendukung aku untuk segera pergi
dari istana. Tak terasa hanya 2 malam aku ada di istana ini sekarang aku harus
meninggalknnya. Kali ini kembali aku di antar dengan bola mata bahkan ia
berjanji akan menginap semalam di sana.
Setelah
8 jam perjalanan kami sampai di tempat itu, aku langsung menuju ke kamar ku dan
bola mata pun mengikuti langkah ku. Semua teman, kakak kelas ku pun bersalaman
dengan bola mata. Aku hanya tersenyum malu ketika banyak sekali orang yang
menanyakan kabar ku. Rasa lelah dan letih seperti hilang seketika saat melihat
bola mata yang begitu semangatnya, hingga tak terlukiskan rasa letih di
wajahnya.
Esok hari barulah bola mata pergi,
kembali mengarungi perjalanan yang sangat melelahkan. Aku tak kuasa melihat
bola mata pergi, bahkan untuk melepasnya pun hati ini tak kuasa untuk menahan
air mata. Aku hanya mengantarnya sampai didepan asramaku, dan hanya melambaikan
tanganku dengan sanagt berat. Hatiku seprti kembali kosong tak terasa air
mataku turun dengan derasnya.
“Kenapa?
Sudahlah tak usah dipikirkan!” hibur teman sejatiku.
“Tidak
Met aku hanya belum ikhlas saja harus tinggal di sini.”
“Met
kita satu nasib, sudahlah kita berjuang saja dengan baik di sini. Aku akan
selalu mendukung kamu di sini, kita akan berjuang bersama Met.”
Kami selalu menyebut diri kami dengan
Met (soulmet), mungkin karena basic kami yang sama dan kami punya satu pikiran
yang sama kami bisa bergabung dengan cepat. Pertama kali aku mengenal teman
SMAku adalah Asiyah ya itu adalah nama aslinya namun aku hanya memanggil dia
dengan sebutan Met, begitu juga dengan dia memanggilku.
Kami begitu erat bagai burung dengan
induknya yang tak bisa dipisahkan. Banyak sekali orang-orang menyebut kami
sahabat sejati. Walau begitu kami tetap berteman dengan yang lain bahkan kami
punya sahabt dekat masing-masing.
“Met
(aku) aku ada rencana untuk pindah dari sini .”
“Kenapa?
Kenapa harus pindah? Met(asiyah) kita
kan baru di sini wajar saja kalu kamu itu belum mencintai sekolah ini .“
“Beda,
dulu aku lebih dari ini Met(aku). Bahkan aku tidak punya teman barang satu
orangpun, tapi di sini aku sudah merasakan hampir dari 2 bulan lebih namun
tetap saja aku belum bisa merasa aman dan nyaman di sini. Dengan keadaan asrama
yang membuatku tidak aman, juga tali ukhuwah antar kaka-kelas. Ini membutaku
tidak pernah nyaman unutk tinggal di sini.”
“Met aku
mengerti apa yang kamu maksud tapi, bukan berarti apa yang kamu inginkan itu
baik lalu yang kamu hindari itu buruk untuk kamu. Sudahlah itu biasa, kamu masih bisa beprestasi di sini. Kamu punya
bakat, keahlian dan kelabihan yang besar jika di kembangkankan lagi.”
“Ya kau
tau, tapi jangan salahkan jika itu benar–benar terjadi, itu akan segera aku
wujudkan walau aku harus mengemis pada Bola Mata dan Kepala. Tapi aku takkan
pernah melupakanmu Met(aku).” Aku akhiri dengan senyum.
Akupun kembali ke kamar, huh,,, teras
begitu sakit badanku ini. Aku merasa ada yang aneh dalam badanku ini seperti
ada yang membebaniku.
Saat itu
aku tak mau bangun bahkan peralatan untuk aku pun tak ada yang kumasukan
kedalam koper.
“Sayang
cepatlah besiap-siap sekarang bukan waktunya kau berleha-leha. Sudah jam berapa
ini? Kau pun belum siap apapun.”
“Aku tidak mau kembali, aku
kan sudah bilang aku tidak mau kembali!!!! Buat apa aku kesana? Tak ada
gunanaya aku sekolah disana hanya rasa letih yang aku dapat.”
“Kenapa kau begitu? Aku
sudah sangat bangga dengan kamu, tak adakah rasa bersyukur kau dengan allah?
Kau masih bisa bersekolah dengan tenang, kami sudah memberikan apa yang kau mau
agar kau bisa bersekolah dengan tenang di sana. Aku sangatlah bahagia bahwa
bidadari kecil ku bisa bersekolah hingga sekarang, bahkan tak kurang apapun.
Bahkan dulu (bola mata) pun harus bekerja dulu baru bisa sekolah. Tak ada
dukungan penuh yang mendukung (bola mata) hanya berbekal tekad yang kuat dan
jerih payah keringat untuk bisa mewujudkan cita-cita”
Ia pun mengeluarkan air matanya,aku
baru mengetahuinya bahwa bola mata
sangatlah sedih dan marah padaku hingga air matanyapun jatuh tak tertahankan namun
aku tak menyadari semua perkataanku, tak terasa aku pun mengeluarkan air mata.
Tak pernah aku melihat bola mata meneteskan air matanya
“ Maafkan
aku (bola mata) aku tak bermaksud seperti itu… maafkan aku .“ Dengan aku berlari
mengejar dan memeluknya berusaha meminta maaf kepadanya.
“Nak
jangan ulangi lagi ,, sakit sekali rasanya mendengar kamu berkata seperti itu,
(bola mata dan kepala) tak pernah mengharapkan yang sangat tinggi hanya ingin
kamu sukses dalam dunia ini nak.”Ia pun tak melepaskan ikatan erat tangan
hangatnya itu bahkan mengeraskan ikatan hangatnya itu kepadaku.
Aku hanya bisa menangis tersedu,
bahkan tak kuasa untuk melihat muka (bola mata). Air mata yang mengalir deras yang jatuh
membasahi pipinya membutaku sangatlah iba. Dan aku tersadar bahwa air mata itu
tercipta karena aku, aku, aku anak yang selama ini mereka rawat, mereka
manjakan. Betapa teganya aku membuatnya seperti ini anak macam apa aku ini.
“ Sekarang
sudah waktunya kamu untuk pergi nak, ayo kamu harus bangkit jangn buat kami
semua disini kecewa dan sedih. Beri yang terbaik untuk kami , adekmu, juga
keluarga besar.”
Maka tak
lama aku pun benar-benar bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk (bola mata
dan juga kepala)