Selasa, 15 Mei 2012

cerpen



                                                AIR MATA YANG JATUH

          Pernahkah kamu melihat air mata yang jatuh?, jatuh seperti embun pagi yang selalu menghiasi hari-harimu.  Jatuh di salah satu pipi yang indah, jatuh di lembah yang seharusnya tak boleh ada air yang membasahinya walaupun itu hanya setetes air mata. Karna jika lembah itu terkena air maka bentuk lembah akan setengah rusak dan dasar lembah akan hitam legam seperti makanan yang sedang di masak ditinggal oleh yang masak.  Air mata yang tak pernah seharusnya di keluarkan, air mata yang tak semestinya keluar dari bola mata yang berwarna coklat seperti coklat yang selalu membuat hatiku tak pernah gundah, yang selalu membuat hatiku sejuk setiap ada didekatnya , tenang ketika menatapnya. Air mata inipun tak hanya bisa merusak bagian dasar lembah bahkan bisa membuat kecantikannya menghilang selamnya. Bahkan kelopak yang setiap harinya berkedip, kini ia mersa jijik dengan adanya air mata yang jatuh tak henti-hentinya Tapi tahukah kalian walaupun bola mata itu akan rusak namun bola mata itu tidak akan menampakanya, ia akan menunjukan kesegaraan dalam setiap kedipan kelopak mata.
          Itulah yang aku rasakan dan lihat dengan bola mata coklat dan pupil yang tak kuasa untuk memfokuskan pandangan kedepan karena kelopakku berusaha untuk menutup. Tak kuasa melihat semua kejadian ini dan bola mata ini warisan terindah dari yang ia warisakan kepada kami.
          Ini terjadi ketiak saat itu aku duduk di bangku sekolah menengah atas dan aku pergi menjauh untuk mendapatkan kata ”orang rantauan” . Aku pergi diwali dengan pertengkaran kecil dengan sang kepala(mungkin bisa dibilang jendral kami atau juga panuatan kami tapi terkadang bisa menjadi hiburan bagi kami ).
“Aku gak mau pergi sekarang kenapa sih ngaret dikit boleh kan?”
“Sayang kamu kan baru, masa sih langsung buat masalah  kayak gitu?”
“Tapi kenapa harus aku yang dapat ini semua? Coba lihat yang lain saja masih bisa bermanaja denagn mu tapi kenapa aku harus kau kirim kesana?”
“Ini kan pilihan mu sayang kenapa kau jadi tak bersemangat seperti ini? (kepala) yakin kamu akan lebih b erhasil dari pada yang lain yang masih bermajana denganku “
“ Nanti malam aku tak mau memasukan baju kekoper !”
“ Biarlah (kepala) biar aku yang akan menasiahtinya jadi kau tenang saja oke.” Bola mata coklat sudah angkat bicara.
          Maka aku pun tak bisa membuat bola mata coklat mengeluarkan airmatanya aku pun pergi dengan hati  yang tak kuasa ingin tetap bersama kepala dan bola mata. Karena rasa rindu ku masih ada diragaku ini, belum sempat aku curahkan apalagi aku keluarkan semuannya.
          Disepanjang perjalanan bola mata selalu menghiburku habis-habisan. Namun aku tetap tak bisa memberikan senyuman terindah yang kumiliki .
          Selama hampir 5 bulan aku menjalani kehidupanku dengan sangatlah terpaksa, aku tak pernah terlihat bahagia, senang atau bisa tersenyum dengan lega. Bahkan selama 5 bulan ini aku tak pernah berusaha untuk mendapatkan yang terbaik di sini. Aku selalu menunggu akan adanya keajaiban untuk aku pergi kembali kepangkuan kepala dan bola mata. Dan keajaiban yang besar itu ada ia menjumpaiku kawan, ia menyambangiku sahabat,  ia berusaha meraihku teman, dan menolong aku di atas keterpurukan ini.
          Aku di izinkan pergi kembali kepangkuan kepala dan bola mata tepat disaat hari dimana aku terlahir pertama di dunia. Tak lupa akupun mencoba menyambangi tempat peraduan nasib ku 3 tahun yang lalu, aku berusaha mencoba mengingat memory yang indah yang aku torehkan di tempat ini. Aku mengelilingi setiap sudutnya, beramah tamah dengan dakocan kecil ku di sana. Dakocan kecilku sudah tumbuh dewasa karena ia sudah menjadi bagian dari dewasa. Hanya semalam aku bisa menumpahkan semua rasa rinduku namun itu semua tak cukup bagiku. Entah kapan lagi aku bisa memberikan rasa cinta ku, kasih sayang ku kepadanya.
          Akupun kembali mengarungi, bertarung dengan lautan manusia yang akan berjuang untuk menuju kota tercintaku yang sudah menjadi jantung hatiku ,karena di sanalah kepala ,bola mata,aku dan adik kecilku tinggal. Di sanalah aku mencorehkan masa kecil yang indah, masa yang di mana aku selalu menjadi primadona dikeluarga kecilku,menjadi seorang putri yang cantik, pintar, dan lincah. Menerima kenyataan kalau aku harus mempunyai adik kecil laki-laki dengan sepenuh hati.
“Aku pulang,,,,,,,!!!!!”
“Waalikumsalam bidadari kecil ku ,,,,, selamat datang di istana kecil ku,,,.” Sambut bola mata dengan sangat bergembira sambil ia memeluk, menciumku, membelaiku dengan sangat erat penuh dengankasih sayang, cinta yang tak pernah habis kau berikan pada bidadari keci, dan jagoan kecilnya itu.
“(bola mata) Cintaku takkan pernah hilang selamanya untukmu, bahkan akupun tak bisa berbagi sedikitpun pada orang di luar sana.”
“Cintaku pada kalian semua takakn pernah habis bidadari kecilku.”
          Betapa senangnya hari ini aku dapat mengijakkan kakiku di istana kecilku yang mungkin bagi orang itu jauh dari kata layak apalagi di sebut istana?. Namun aku tau ini semua hasil jerih payah kepala, dan rawatan bola mata, kesabaraan bola mata dalam menjaga harta milik kepala. Aku akan selalu menyebutnya istana indah yang menjadi saksi bisu kepala, bola mata, bidadari kecil, jagoan kecil bertarung untuk menjadi manusia yang hebat ditengah-tengah lautan manusia di kota kecil itu.
          Tepat esok hari adalah hari terlahirnya aku, tapi apa bola mata,kepala dan jagoan mau mengingatnya?. Huh,,,sedihnya esok jika tak menjadi hari yang membuatku merasa bahagia, karena bola mata telah melahirkanku dengan taruhan nyawanya. Huh mengapa dia begitu rela demi aku ia merelakan nyawanya menjadi taruhan yang tak mudah bisa dilakukan oleh orang banyak.
          Sekarang waktunya aku kembali membelai tempat perapianku rasanya seperti sudah bertahun-tahunku aku tak membelainya . keadaanya masih seperti yang dulu tak pernah berubah. Masih setianya ia menemaniku saat tidur, baik siang ataupun malam.
“Bidadari kecilku bangunlah sayang matahari sudah memunculkan cahanya,,,,”
“Masa sih inikan masih pagi….”
“Yah bangunlah dulu bicaralah dulu dengan allah,,nanti kau terlambat menghadapnya.”
“Hhmmmm,,,oke trimaksaih (bola mata).” Aku pun memberikan kecupan pertamaku dipagi hari ku yang pertama di istana ini.
          Hari ini tanggal berapa ya? Ooh ya ini hari aku dilahirkan bola mata, apa benar bola mata lupa dengn hari ini? Itu tidak mungkin, mungkin ia masih sibuk dengan kesibukannya.
“Kau baru menghadap allah ?”
“Ooh iya (kepala) maaf tadi malam aku terlalu nyenyak hingga akhirnya aku sedikit terlambat untuk menghadapnya”. Kepala sangatlah menjaga waktunya agar selalu tepat untuk menghadap allah, bahkan bisa dibilang ia tak pernah telat kecuali karena ada yang sangatl penting.
“Jangan kau ulangi  lagi itu, perbutan yang tak pantas kita lakukan,allah saja tak pernah melupakan kita apalagi telat sedetik saja.”
          Aku hanya tersenyum tersipu malu karna (kepala) berkata padaku begitu jelasnya bahwa allah takkn pernah melupakn kita walau sedetik saja, huh begitu cintanya besar sekali untuk kita semua. Padahal makhluknya sangatlah banyak tak hanya kita tapi masih banyak yang lain.
          Tak ada kado indah, besar, cantik juga kue cantik nan lezat di atas meja atupun di istana kecilku. Ya (bola mata) memang tak pernah menyediakan itu semua untuk kami. Karena (kepala) sangatlah tak menyukai itu semua, buat dia hari lahir bukan untuk dirayakan tapi untuk direnungkan.
          Sore harinya saat setelah aku keluar kamar mandi bola mata dan kepala sudah bersiap-siap pergi.
“(bola mata,kepala) kalian mau kemana mengapa begitu rapi?”
“Kita mau beli baso kamu mau pa?”
“ Ya ku mau seperti biasa ya (bola mata) ..”Ternyata mereka ingin pergi membeli makanan sore untuk kami semua.
          Tak lama kemudian mereka datng dengan membawa banyak sekali kantong hitam yang banyak dan aku yakin pasti berat sekali.
          Bola matapun menyiapakn makananya dibeberapa piringnya, tak lupa akupun ikut membantunya. Dan bola mata menyuruhku untuk membawa ini semua kebalkon atas . Aku sangatlah heran kenapa kita makan di balkon atas kenapa tidak di ruang makan. Tak ada yang bisa ku tanyakan karena terlihat jelas sekali kalau bola mata sangatlah repot.
“Ayo sebelum makan kita berdoa dulu untuk bidadari kecil kita yang sedang berulang tahun yang ke 15 hari ini. Semoga diumurnya yang sekarang ia bisa berhasil dunia akhirat, suksess sekolahnya, bisa menjadi kebanggan kami semua. Semua bilang amiin”
“Aminn,,” serentak kita semua berkata amiin.
          Tak menyangka aku di sana begitu tercengang dengan apa yang kepala katakan, ternyata mereka tak lupa dan mereka menyiapakn segalanya dengan sangat indah . Tak pernah kita makan bersama selain di tempat makan. Tapi kali ini bola mata merancang ini semua dengan sangat indah dan penuh dengan rahasia.
“Terimaksih semua semoga apa yang kalian inginkan dariku bisa aku wujudkankan atas izin allah.”
          Hatiku sangatlah berbunga-bunga bagai ada di taman istana yang sangtlah indah, megah, dan juga di penuhi bunga bermacam-macam.
“ (bola mata) Terimaksih yah.” Akupun mengecup pipinya yang halus itu. Dan ia tersenyum sangat cantik .
          Aku baru teringat bahwa esok aku harus kembali ke tempat terburuk itu lagi. Mengapa di saat aku sangatl bahagia di tengah keluarga kecilku namun aku harus mengingat itu semua. Ingin rasnaya aku meneteskan air mata namuna tak kuasa , aku tau itu hanya akan menyakiti boal mata yang sangat ingin aku bersekolah tak seperti dia yang hanya sekoalh hingga SMP saja.
          Esok harinya pagi yang tak ingin aku sambangipun datang dengan cerah sekali seakan mendukung aku untuk segera pergi dari istana. Tak terasa hanya 2 malam aku ada di istana ini sekarang aku harus meninggalknnya. Kali ini kembali aku di antar dengan bola mata bahkan ia berjanji akan menginap semalam di sana.
          Setelah 8 jam perjalanan kami sampai di tempat itu, aku langsung menuju ke kamar ku dan bola mata pun mengikuti langkah ku. Semua teman, kakak kelas ku pun bersalaman dengan bola mata. Aku hanya tersenyum malu ketika banyak sekali orang yang menanyakan kabar ku. Rasa lelah dan letih seperti hilang seketika saat melihat bola mata yang begitu semangatnya, hingga tak terlukiskan rasa letih di wajahnya.
          Esok hari barulah bola mata pergi, kembali mengarungi perjalanan yang sangat melelahkan. Aku tak kuasa melihat bola mata pergi, bahkan untuk melepasnya pun hati ini tak kuasa untuk menahan air mata. Aku hanya mengantarnya sampai didepan asramaku, dan hanya melambaikan tanganku dengan sanagt berat. Hatiku seprti kembali kosong tak terasa air mataku turun dengan derasnya.
“Kenapa? Sudahlah tak usah dipikirkan!” hibur teman sejatiku.
“Tidak Met aku hanya belum ikhlas saja harus tinggal di sini.”
“Met kita satu nasib, sudahlah kita berjuang saja dengan baik di sini. Aku akan selalu mendukung kamu di sini, kita akan berjuang bersama Met.”
          Kami selalu menyebut diri kami dengan Met (soulmet), mungkin karena basic kami yang sama dan kami punya satu pikiran yang sama kami bisa bergabung dengan cepat. Pertama kali aku mengenal teman SMAku adalah Asiyah ya itu adalah nama aslinya namun aku hanya memanggil dia dengan sebutan Met, begitu juga dengan dia memanggilku. 
          Kami begitu erat bagai burung dengan induknya yang tak bisa dipisahkan. Banyak sekali orang-orang menyebut kami sahabat sejati. Walau begitu kami tetap berteman dengan yang lain bahkan kami punya sahabt dekat masing-masing.
“Met (aku) aku ada rencana untuk pindah dari sini .”
“Kenapa? Kenapa  harus pindah? Met(asiyah) kita kan baru di sini wajar saja kalu kamu itu belum mencintai sekolah ini .“
“Beda, dulu aku lebih dari ini Met(aku). Bahkan aku tidak punya teman barang satu orangpun, tapi di sini aku sudah merasakan hampir dari 2 bulan lebih namun tetap saja aku belum bisa merasa aman dan nyaman di sini. Dengan keadaan asrama yang membuatku tidak aman, juga tali ukhuwah antar kaka-kelas. Ini membutaku tidak pernah nyaman unutk tinggal di sini.”
“Met aku mengerti apa yang kamu maksud tapi, bukan berarti apa yang kamu inginkan itu baik lalu yang kamu hindari itu buruk untuk kamu. Sudahlah itu biasa, kamu  masih bisa beprestasi di sini. Kamu punya bakat, keahlian dan kelabihan yang besar jika di kembangkankan lagi.”
“Ya kau tau, tapi jangan salahkan jika itu benar–benar terjadi, itu akan segera aku wujudkan walau aku harus mengemis pada Bola Mata dan Kepala. Tapi aku takkan pernah melupakanmu Met(aku).” Aku akhiri dengan senyum.
          Akupun kembali ke kamar, huh,,, teras begitu sakit badanku ini. Aku merasa ada yang aneh dalam badanku ini seperti ada yang membebaniku.    

Saat itu aku tak mau bangun bahkan peralatan untuk aku pun tak ada yang kumasukan kedalam koper.
“Sayang cepatlah besiap-siap sekarang bukan waktunya kau berleha-leha. Sudah jam berapa ini? Kau pun belum siap apapun.”
“Aku tidak mau kembali, aku kan sudah bilang aku tidak mau kembali!!!! Buat apa aku kesana? Tak ada gunanaya aku sekolah disana hanya rasa letih yang aku dapat.”

“Kenapa kau begitu? Aku sudah sangat bangga dengan kamu, tak adakah rasa bersyukur kau dengan allah? Kau masih bisa bersekolah dengan tenang, kami sudah memberikan apa yang kau mau agar kau bisa bersekolah dengan tenang di sana. Aku sangatlah bahagia bahwa bidadari kecil ku bisa bersekolah hingga sekarang, bahkan tak kurang apapun. Bahkan dulu (bola mata) pun harus bekerja dulu baru bisa sekolah. Tak ada dukungan penuh yang mendukung (bola mata) hanya berbekal tekad yang kuat dan jerih payah keringat untuk bisa mewujudkan cita-cita”
          Ia pun mengeluarkan air matanya,aku baru  mengetahuinya bahwa bola mata sangatlah sedih dan marah padaku hingga air matanyapun jatuh tak tertahankan namun aku tak menyadari semua perkataanku, tak terasa aku pun mengeluarkan air mata. Tak pernah aku melihat bola mata meneteskan air matanya
“ Maafkan aku (bola mata) aku tak bermaksud seperti itu… maafkan aku .“ Dengan aku berlari mengejar dan memeluknya berusaha meminta maaf kepadanya.
“Nak jangan ulangi lagi ,, sakit sekali rasanya mendengar kamu berkata seperti itu, (bola mata dan kepala) tak pernah mengharapkan yang sangat tinggi hanya ingin kamu sukses dalam dunia ini nak.”Ia pun tak melepaskan ikatan erat tangan hangatnya itu bahkan mengeraskan ikatan hangatnya itu kepadaku.
          Aku hanya bisa menangis tersedu, bahkan tak kuasa untuk melihat muka (bola mata).  Air mata yang mengalir deras yang jatuh membasahi pipinya membutaku sangatlah iba. Dan aku tersadar bahwa air mata itu tercipta karena aku, aku, aku anak yang selama ini mereka rawat, mereka manjakan. Betapa teganya aku membuatnya seperti ini anak macam apa aku ini.
“ Sekarang sudah waktunya kamu untuk pergi nak, ayo kamu harus bangkit jangn buat kami semua disini kecewa dan sedih. Beri yang terbaik untuk kami , adekmu, juga keluarga besar.”
Maka tak lama aku pun benar-benar bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk (bola mata dan juga kepala)





Kamis, 10 Mei 2012

Rumah Yatim Indonesia


    • WASIAT SANG AYAH


      Seorang pengusaha muda yang sukses dan kaya raya terpaksa harus menghadapi ajalnya karena kanker kulit yang parah akibat sensitifitas tidak normal terhadap sinar matahari.
      Sebelum meninggal, kepada dua anaknya yang masih belia ia berpesan :

      "Ayah akan mewariskan seluruh kekayaan dan usaha ini pada kalian berdua. Ayah hanya memberi dua pesan utama agar kalian sukses dan kaya raya seperti ayah tapi bisa menikmatinya lebih lama."

      "Pertama jangan biarkan sinar matahari menyinari kulitmu secara langsung terlalu lama, karena mungkin gen kanker kulit ini menurun pada kalian."

      "Kedua, dalam bisnis, jangan pernah menagih hutang pada pelanggan."

      Setelah memberi pesan tersebut sang ayah meninggal, tanpa sempat memberi penjelasan yang lebih banyak. Kedua anak tersebut berjanji akan memenuhi permintaan ayah mereka.

      Kedua anak tersebut dibesarkan oleh ibunya. Setelah cukup umur, sang ibu memberi keduanya usaha yang diwariksan ayah mereka.

      Sepuluh tahun kemudian, salah satu anak menjadi anak yang sangat kaya raya, sedangkan satu lagi bangkrut menjadi sangat miskin.

      Sang ibu akhirnya bertanya, kenapa salah satu menjadi miskin sedangkan yang satu menjadi kaya. Padahal keduanya memegang teguh nasehat ayah mereka.

      Anak yang miskin berkata pada ibunya.
      "Ibu, bagaimana saya tidak miskin. Ayah berpesan agar selalu menghindari matahari. Jadi setiap pagi aku harus pergi pakai kendaraan, sewa mobil, naik taksi, sekalipun sebenarnya jaraknya dekat dan bisa jalan kaki. Tentu saja hidup saya menjadi boros. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang kepada klien. Tentu saja bisnis saya tidak berjalan baik. Setiap kali ada yang menunggak saya tidak bisa menagih sehingga lama kelamaan modal saya habis. Saya jadi bangrut dan miskin!"

      Lalu sang ibu menengok ke wajah anak yang kaya raya, menunggu jawaban.
      Kepada sang ibu anak yang kaya berkata;
      "Wahai ibu, saya menjadi kaya raya seperti ini karena mengikuti nasehat akhir ayah. Karena ayah meminta saya menghindar dari matahari, maka saya selalu pergi ke kantor sebelum matahari terbit. Kalau dekat saya bisa jalan kaki tanpa perlu takut sinar matahari karena belum terbit. Karena saya selalu datang pagi pegawai jadi ikut disiplin tidak berani terlambat. Sedangkan ketika pulang, saya selalu menunggu matahari terbenam, jadi jam kerja saya selalu di atas rata-rata orang lain. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang pada klien. Karena itu saya menerapkan sistem cash and carry, sehingga arus kas perusahaan saya sangat maju."

      Demikianlah akhirnya sang ibu tahu bagaimana nasehat yang sama bisa menghasilkan penafsiran yang berbeda dan hasilnya jauh berlawanan.

      Sahabat, Milyaran Kaum Muslimin mempunyai Kitab Suci yang sama yaitu Al-Qur’an tapi mengapa kualitas kaum Muslimin diseluruh Dunia tidak sama ?

      Tidak sedikit Kaum Muslimin memperlakukan Al-Qur’an hanya sebagai BACAAN untuk ibadah, Tidak sedikit Kaum Muslimin yang memahami Al-Qur’an dengan Pemahaman Masa Lalu Saja, terjebak dengan Tafsir-tafsir klasik melupakan Tafsir Kekinian yang yang terhampar luas dalam Al-Qur’an itu sendiri. Dan tidak sedikit pula Kaum Muslimin yang memahami Al-Qur’an berdasarkan ’ KATANYA’

      Hanya sedikit Kaum Muslimin yang memperlakukan Al-Qur’an sebagai MANUAL BOOK KEHIDUPAN yang harus terus menerus DICARI korelasinya dengan permasalahan kehidupan yang terus berkembang dan semakin komplek. Dan jawaban semua itu PASTI ADA DALAM AL-QUR’AN itu sendiri, tugas kita hanya MENCARI dengan dasar Ilmu Pengetahuan yang telah kita miliki dan BERTANYA kepada orang Yang KOMPETEN.

      so...saat ini juga, pegang Al-Qur’an kita, perhatikan baik-baik lalu rasakan betapa kita telah banyak melupakannya bahkan menjauhinya, baca sedikiiiiit saja lalu renungi maknanya, hubungkan dengan kejadian-kejadian yang pernah kita alami dan yang pernah kita lihat, maka kita akan rasakan sebuah kesejukan mengalir indah dalam dada kita, ulangi lagi besok, besoknya lagi, lalu besoknya lagi sedikiiiit saja dan seterusnya, hingga saatnya nanti kita akan merasakan bahwa ternyata Al-Qur’an adalah RUH kita yang terlihat.,http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com/

      Rekening Rumah Yatim Indonesia
      Bank BCA :
      230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
      230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

      Bank MANDIRI :
      156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

      Bank MUAMALAT :
      305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

      SYARIAH MANDIRI :
      0697060425 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

      Bank BNI :
      0184300117 atas nama Muhammad Aly

      Bank BRI :
      1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

      Bagi Anda yang ingin konfirmasi silahkan SMS ke 081313999801 atau 087885554556 ( Ust.Aly )